Suatu ketika, jika aku mendengar namamu,

kenangan apa yang harus ku ingat dari pemilik nama itu?

Seseorang yang aku cinta ataukah seseorang yang tidak mencintaiku?

Pernah Ada

Angin saat itu semilir menerbangkan daun kering di pinggiran bangku taman yang rindang oleh sebuah pohon. Bangku taman sekolah menengah pertama, di depan sebuah kantin kecil yang berteman ruang BP kala itu..

Angin semilir yang seharusnya segar tak sekalipun terasa di tubuhku yang tiba-tiba terasa tak wajar. Gudak-giduk-gidik. Aku merasa panas dingin. Kusapu keringat yang mulai muncul tipis-tipis. Kutepis grogi itu dengan senyum manis. Tapi, setelah senyum itu terbalas, ahh kurasakan ada tangis. Tangis yang seharusnya aku tepis sama sekali. Tangis yang tak akan pernah habis jika aku terus meringis meminta untukmu sekedar terus tersenyum manis.

Ya. Aku tak berhak atas senyum itu. Bahkan jabat tanganmu yang hanya sekedar mengucap salam dan bermaaf-maafan di hari lebaran. AKU TAK BERHAK.

Kau selalu mengatakan, "kita berteman". Atau, "kita sahabatan kan?". Aku tau apa yang kudengar. Aku tau apa yang kusetujui dari pernyataan atau pertanyaan itu. Aku tau itu dengan bernar. Tapi yang sampai kini tidak aku tau hanya satu : BAGAIMANA MENGHILANGKANMU DARI PERASAANKU? DARI HATIKU? DARI PIKIRANKU? BAGAIMANA?!

"Kau sudah ketergantungan. Aku takut itu tak akan hilang sama sekali..." Lalu bagaimana pendapatmu? Yang aku tau kau tak akan merasa yang sama denganku.

Mematikanmu mudah. Tapi perasaanku? Tak sanggup sepertinya saat ini.

Jadi, bagaimana tentang angin semilir yang menerbangkan daun kering? Bagaimana tentang angin semilir yang meniupku, meniupmu, dan meniupnya? Bagaimana dengan hatiku yang terbawa olehmu bersama angin semilir itu? Bagaimana?!


Tak pernah ingin menyampaikan apapun. Tak pernah ingin membuatmu harus memikirkan apa yang aku pikir. Hanya ingatan yang mampu mengingatkan, bahwa angin semilir itu pernah ada.