Monday, April 16, 2012

LALU...? (6)

Posted by FRISTHYA PRATIWI at 4/16/2012 11:34:00 AM
Ruddi dengan fisik yang ideal dimata Belia ini, semakin hari semakin mencuri perhatian Belia. Kulitnya berwarna sawo matang dan bersih terawat, tubuhnya tinggi atletis, matanya hitam pekat, rambutnya lurus, agak panjang, dan tertata rapih walau diacak-acak sekalipun, kemudian matanya redup, dan satu hal yang mampu membuat Belia tak berhenti menatap Ruddi, ketika Ruddi tersenyum dan tertawa. Manis. Manis sekali. Lesung pipi dan gingsulnya benar-benar membuat Belia gemas.

"Apa iya aku jatuh cinta pada Ruddi?" Tanya Belia dalam hati, saat jam makan siang di sebuah kafe dekat kampusnya, seusai mata kuliah Komposisi dan Aransemen. Dikunyahnya nasi tim merah dan sepotong ayam panggang lambat-lambat. Ketika mau menyuapkan suapannya yang terakhir, ketika itu pula dia melihat Ruddi memasuki kafe yang sama. Dia tidak sendirian. Ada perempuan cantik di sampingnya. Menggandeng tangannya erat. "Sepertinya mereka sedang bahagia.." Belia urung menyuapkan makanannya yang terakhir itu. Dia memilih untuk meneguk minumannya lalu mengeluarkan notebook dari dalam tasnya. Tiba-tiba nafsu makannya menghilang.

Sedangkan di meja yang lain, Belia diam-diam memperhatikan Ruddi walau sebenarnya dia tidak mau melihatnya. Tapi semakin Belia tidak mau memperhatikan, semakin dia penasaran siapa perempuan yang bersama Ruddi. "Ruddi tak pernah cerita kalau dia punya teman dekat. Halah! Bodoh sekali aku ini! Tak mungkin dia utuh menceritakan tentang hidupnya padaku. Atau bahkan tentang mantan pacarnya itu, hanya rekayasa untuk menarik perhatianku? Ayolah, Bell..!! Sedikit saja jangan bodoh! Dia bukan siapa-sia......." Perang batinnya tiba-tiba berhenti ketika Belia mendengar namanya jelas disebut pada pembicaraan itu. Pembicaraan antara Ruddi dan perempuan cantik itu.

"Oh.. Namanya Belia? Kenalkan padaku....!! Aku ingin melihatnya..." Terdengar sangat antusias. Perempuan itu menunjuk-nunjuk kertas A4 di meja makan mereka, yang ternyata itu lukisan wajah Belia yang dilukis oleh Ruddi dengan pensil lukisnya.
"Ayolah, Carl... Jangan berisik.. Disini banyak anak kampus. Aku ga mau mereka tau kalau aku suka diiiii..." Ucapan Ruddi terputus, ketika kedua matanya tepat menatap Belia yang juga sedang menatapnya. "Deg.....Deg......Deg...." Terasa detak jantung Ruddi berdetak satu-satu. Hampir saja napasnya tersekat. Mukanya bahkan sedikit pucat. Carla bingung dengan perubahan kakaknya yang secara tiba-tiba itu.
"Kak, kamu baik-baik saja kan?" Carla mengikuti arah tatapan Ruddi. "Sepertinya aku pernah melihat wanita ittttt..." Carla kembali melihat lukisan wajah Belia pada kertas. "Ya! Benar! Dia pasti wanita ini..!!" Carla benar-benar antusias dengan antuisinya yang selalu meledak ketika penasaran.

Carla kembali menunjuk-nunjuk lukisan Belia pada kakaknya. Tiba-tiba Ruddi tersadar. Lalu merampas kertas yang sedang dipegang adik sematawayangnya itu. Kertas itu kemudian dia lipat dan dimasukkan ke dalam tas.
"Dia yang di lukisan kamu tadi kan?"
"Bukan.."
"Iya! Jelas banget miripnya..!!"
"Carlaaa, Please.."
"Kakaaaak, Pleaseee..." Carla meledek kakaknya yang wajahnya semakin memerah semu.
"Caaaaarl...."
"Kaaaakk....." Carla memainkan matanya dan hampir saja mulutnya mangap dan meneriakkan nama Belia. Tapi gagal karena tangan Ruddi lebih cepat menutupi mulut adik usilnya itu.

"Hehe..." Ruddi menunjukkan gigi-gigi lucunya pada Belia. Menutupi rasa malunya akibat adiknya. Tentunya sambil menutup mulut adiknya dengan kedua telapak tangannya. Senyum Ruddi tiba-tiba berhenti ketika dia merasa ada yang menjilati telapak tangannya. Ya. Carla menjilatinya.
"Kamu jorok banget sih..." Ujarnya kesal sambil mengelap telapak tangannya dengan tisu.
"Aku ga bisa napas kakak. Nanti kalau muka aku pucat kaya kakak tadi gimana?" Kemudian cubitan maut Ruddi pun mampir di pipi tembem Carla.

Jarak empat meja dari meja Ruddi, Belia tertawa kecil melihat kelakuan mereka. Belia kini bisa menyimpulkan, mereka berdua itu bukan sepasang kekasih. Tetapi sepasang kakak dan adik (yang usil).
"Kamu lihat itu, Carl.. Lihat senyumannya! Dia cantik ya..?" Bisik Ruddi pada adiknya. Di alam bawah sadarnya. Masih mengelap telapak tangannya.
"Iya, Kak! Dia cantik banget!" Jawab Carla lantang, dan lagi-lagi membuat Ruddi malu dan mencubit pipi adiknya itu. Belia menahan tawanya dengan tangan kanan, dan sedikit terbatuk. "Kak, kitakan belum mesen nih.. Pindah kesitu yuk..?" Ajak Carla.
"Carla, jangan macem-macem!"
"Satu macem doang kok, Kak..." Carla melengos, membawa tasnya pindah menghampiri meja Belia. Ruddi menutup matanya. Berharap setelah membukanya, dia sudah berada di rumah, dan kejadian tadi tidak pernah terjadi. Tapi...
"Kak...!! Ngapain diem disitu? Sini dong..." Teriak Carla. Dengan langkah perlahan dan sedikit 'stay cool', Ruddi memberanikan diri menghampiri Carla yang terlihat cepat akrab dengan Belia. Sebenarnya bukan cepat akrab. Tapi terlihat seperti sok akrab.

"Dasar Carla!" Ucap Ruddi dalam hati.

0 comments:


Free Ty Cursors at www.totallyfreecursors.com
 

FRISTHYA PRATIWI Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei | web hosting